![]() |
Bayi Kembar Hasil Rekayasa Genetika (Foto: Pixabay) |
Menanggapi hal tersebut, kepolisian China langsung melakukan tindakan tegas termasuk melakukan penyedikan lebih dalam pada eskperimen genetik yang tengah dilakukannya.
Sebuah tim penyidik mengatakan kepada kantor berita resmi Xinhua bahwa, hasil menyelidikan menyimpulkan Jiankui telah melakukan penelitian secara illegal, termasuk membentuk sebuah tim yang beranggotakan beberapa warga negara asing.
Laporan itu semakin diperparah karena Jiankui dan timnya diketahui secara sengaja menghindari pengawasan dari pihak berwajib. Ia juga menggunakan teknologi yang ternyata dilarang oleh pemerintah setempat, serta memalsukan sejumlah hasil penelitian yang ia lakukan sejak Maret 2017 sampai November 2018.
Jiankui bahkan diketahui merekrut delapan pasangan suami istri untuk berpartisipasi dalam eksperimennya, hingga menciptakan dua kehamilan. Salah seorang wanita diklaim telah melahirkan anak kembar yang kemudian diberi nama “Lulu” dan Nana”, ujar para peniliti. Sementara wanita lain dilaporkan tengah mengandung janin hasil rekayasa genetik ciptaannya.
Pihak kepolisian mengatakan, Jinakui dan seluruh anggota timnya akan dikenakan hukuman pidana atas tuduhan melakukan eksperimen secara ilegal. Selama masa investigasi, Pemerintah Guandong telah mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan menjaga dua bayi kembar yang dilahirkan dari hasil eksperimen tersebut.
Keputusan mereka ternyata disambut baik oleh para ilmuwan di seluruh dunia.
Seorang ahli biologi yang tidak ingin namanya disebutkan mengungkapkan, “Ini adalah hasil yang membuat saya senang. Sudah seharusnya pemerintah melakukan tindakan yang tegas, dan memberikan perlindungan kepada bayi-bayi itu,”.
Lebih lanjut ia menjelaskan, beberapa ilmuwan sebetulnya juga sering melakukan eksperimen genetik, namun menggunakan media tikus laboratorium.
Sementara itu, dalam sebuah wawancara dengan Beijing Yout Daily, Shao Feng, dari Academy of Sciences sekaligus Deputi Direktor National Institute of Biological Sciences mengatakan, seluruh insiden ini perlu diselidiki secara komprehensif.
“Jika saya menangani masalah ini, saya tidak akan pernah memberi tahu (si kembar) bahwa gen mereka telah direkayasa, sehingga mereka dapat menjalani kehidupan seperti orang normal. Saya pikir itu adalah pilihan yang terbaik,” kata Shao Feng.
Selain itu, Shao juga khawatir tentang risiko kesehatan potensial yang akan dihadapi anak kembar itu, sekaligus dampak dari eksperimen itu terhadap keberlangsungan hidup umat manusia.
“Begitu gerbang rekayasa genetik terbuka lebar, umat manusia akan selesai. Teknologi itu sangat kuat, namun fakta yang menakutkan adalah, siapa pun yang memiliki kemampuan atau sering melakukan eksperimen di dalam lab bisa melakukannya,” tutupnya.
Sejak mengumumkan kelahiran sang bayi kembar di KTT Internasional Kedua tentang Human Genome Editing di Hongkong pada November lalu, Jiankui belum terlihat di depan publik. Beberapa laoran media mengklaim dia telah menjadi tahanan rumah atau bahkan ditahan polisi setempat. Demikian dilansir dari South China Morning Post, Jumat (25/1/2019).
0 comments:
Post a Comment